Ketika ditanya mengenai kunci sukses perawatan burung juara, termasuk setelan
extra fooding
(EF), hampir semua pemiliknya menjawab, tergantung kebiasaan dan
karakter burung. “Jika kita bisa memahami karakter burung, maka burung
akan mengeluarkan performa terbaiknya,” kata seorang pemilik burung
jawara. Bahkan ada yang berkata begini: “Kita harus memahami karakter
burung, bukan burung yang memahami kita”. Tapi, bagaimana detail
mengenai
cara memahami karakter burung kicauan? Ikuti uraian Om Kicau berikut ini.

Memahami karakter, kunci perawatan burung kicauan. (Foto: Shan Lung)
—-
Memelihara burung bukanlah pekerjaan mudah. Banyak kendala atau
hambatan yang sering dijumpai. Tetapi karena sudah hobi, maka kendala
bukan lagi menjadi sesuatu yang ditakuti, melainkan harus dipelajari
solusi atau cara mengatasinya.
Sebagian besar penggemar burung kicauan mampu melalui semua kendala
tersebut. Hal ini terbukti dari terus bertambahnya penggemar baru burung
kicauan, sementara kicaumania senior tetap bertahan menekuni hobi
mengasyikkan ini.
Ada
simbiosis mutualisme, atau
kerja sama yang
saling menguntungkan, antara burung kicauan dan pemilik / perawatnya. Di
satu sisi, burung mendapat jaminan perawatan secara maksimal, mulai
dari pemberian pakan berkualitas, pencegahan dan
pengobatan penyakit, aktivitas mandi dan jemur, dan sebagainya.
Di sisi lain, pemilik atau perawat burung akan memperoleh imbalan
berupa keindahan fisik atau kemerduan suara kicauannya. Bagi pemilik
burung lomba, namanya sering diekspose berbagai media lantaran burungnya
terus berprestasi, bahkan memberinya hadiah uang dan trofi.
Karakter burung itu seperti apa?
Agar bisa mendapatkan kualitas burung sesuai dengan apa yang
diinginkan, tentu kita harus terlebih dahulu mengetahui apa dan
bagaimana karakter dari burung tersebut. Dari pengenalan serta pemahaman
karakter itulah, kita bisa menentukan perawatan yang cocok diberlakukan
pada burung tersebut.
Karakter burung adalah sesuatu yang melekat pada spesies burung
tersebut sejak ada di muka bumi, dan ini akan diwariskannya kepada
setiap keturunannya. Karakter ini biasa disebut karakter umum dari
spesies yang bersangkutan.
Jadi karakter
murai batu
yang ada saat ini, termasuk yang ada dalam penangkaran, pasti sama
seperti murai batu yang ada 500 tahun lalu. Jika ada sesama murai batu
di dekatnya, mereka pasti akan bertarung secara fisik, sampai salah satu
terbang menjauh dan yang menang akan menjadi penguasa wilayah di situ.
Wilayah inilah yang disebut wilayah teritorial atau kekuasaannya.
Tetapi, selain karakter umum, setiap individu murai batu juga
memiliki karakter tersendiri yang bisa disebut sebagai karakter
individu. Misalnya, murai batu A memiliki sifat sangat pemberani, murai
batu B pemberani, murai batu C agak pemberani, dan sebagainya.
Ketika kita memberikan jangkrik secara
ad libitum (tak
terbatas), misalnya menaruh 20 ekor dalam wadah, maka ada individu murai
batu yang mampu menghabiskannya sejak pagi hingga petang hari. Tetapi
ada juga yang sampai petang hari belum habis. Sebaliknya, ada juga yang
sorenya sudah habis. Ini menunjukkan kalau setiap individu memiliki
karakter yang berbeda-beda, termasuk dalam hal nafsu makan untuk jenis
pakan tertentu.
Karena setiap spesies burung juga memiliki karakter individu, setelan
harian burung A tak selalu sama untuk burung lainnya meski sejenis. Itu
sebabnya pula, Om Kicau selalu memberikan tips perawatan yang
bervariasi berdasarkan pengalaman sejumlah kicaumania yang berbeda.
Tujuannya, agar jika tips A kurang sesuai untuk burung Anda di rumah,
bisa mencoba alternatif lainnya.
Dengan mengenali dan memahami sifat, karakter, dan perilaku burung
masing-masing, kita bisa memberikan perawatan yang lebih tepat, sehingga
bisa mengamankan burung dari potensi stres.
Seseorang yang memiliki burung
cendet,
namun tidak memahami karakter burung tersebut, sangat mungkin akan
menggantangnya bersebelahan / sangat dekat dengan burung kecil seperti
pleci,
ciblek, mozambik, dan sejenisnya.
Padahal, tindakan itu bisa membuat cendet makin agresif dan terlihat
seperti ingin terus menyerang burung di sebelahnya. Sebab secara naluri,
sesuai dengan karakter umumnya, cendet akan menganggap burung kecil itu
sebagai mangsa atau
unthulan.
Efek terburuk yang umum terjadi, burung-burung kecil tersebut mudah
stres dan mudah ketakutan, sehingga menurunkan kegacoran dan kondisi
mentalnya. Lain perkara jika sejak awal Anda sengaja melatih mentalnya
agar terbiasa dengan burung agresif seperti cendet dan
kacer. Misalnya melatih anakan / trotolan ciblek atau pleci dengan cara menggantungnya di samping cendet atau kacer.
Begitu juga dengan jenis burung yang memiliki sifat teritorial,
sebaiknya tidak dipelihara dalam satu ruangan. Contoh paling umum adalah
banyak kicaumania memelihara beberapa ekor kacer dalam satu ruangan
atau rumah tinggal.
Memelihara seekor kacer, murai batu, atau burung
fighter lainnya
lebih dari seekor memerlukan penanganan khusus. Sebab, secara umum,
burung-burung tersebut memiliki sifat teritorial atau penguasaan atas
wilayah. Burung yang paling lama dipelihara akan merasa lingkungan di
sekitar sangkar adalah wilayah teritorialnya. Ia akan melawan siapapun
yang ada di dekatnya.
Jika Anda ingin menambah seekor lagi burung sejenis, maka pada
minggu-minggu awal mungkin mereka akan tampak gacor dan saling
sahut-sahutan. Setelah itu, salah satu atau kedua burung, mulai
berkurang intensitas kicauannya. Kondisi mentalnya juga drop.
Jalan terbaik untuk mengembalikan kondisi seperti semula adalah
menyendirikan burung selama beberapa minggu atau bulan. Waktu yang tidak
sedikit bukan ? Hal yang sama juga bisa terjadi pada burung fighter
lain seperti ciblek.
Di sinilah perlunya pemahaman mengenai karakter burung yang kita
miliki. Sebab, tidak semua jenis burung memiliki perilaku seperti di
atas. Pleci misalnya, kalau hanya seekor, justru kurang baik. Sebab
pleci termasuk burung koloni, yang artinya mudah sekali bunyi dengan
lantang jika di sekitarnya ada burung sejenis.
Keberadaan burung sejenis di sekitarnya bisa memicu seekor pleci
rajin berkicau, baik ketika melihat maupun mendengar kicauan burung
sejenis. Karena itulah, Om Kicau pernah menekankan perlunya jalan-jalan
pleci untuk sekadar
gathering bersama plecimania lainnya.
Apakah karakter burung bisa diubah?

Kacer dan murai batu sama-sama burung tipe petarung.
—-
Seperti dijelaskan di atas, karakter burung bisa dibedakan menjadi
karakter umum dan karakter individu. Karakter umum jelas tidak bisa
diubah, karena dalam bahasa manusia, itu bisa disebut kodrat. Mungkinkah
kita mendekatkan dua ekor murai batu jantan, atau dua ekor ayam jago,
tanpa berakhir dengan perkelahian? Sudah kodratnya untuk berperilaku
seperti itu.
Tetapi untuk karakter individu, masih ada peluang untuk mengubahnya,
meski melalui pelatihan dan / atau pembiasaan secara rutin. Contohnya
pada
cucak hijau, di mana ada individu yang seolah-olah memiliki sifat
fighter dan sangat agresif. Tetapi ada juga individu cucak hijau yang tidak seagresif seperti itu.
Pada dasarnya, cucak hijau itu bukanlah burung
fighter, melainkan
semi-fighter. Untuk membuatnya menjadi lebih agresif, faktor yang biasa dimainkan adalah mendongkrak birahinya melalui setelan
extra fooding (EF), terutama gelontoran ulat hongkong menjelang lomba. Setelah lomba, birahinya diredam dengan buah-buahan.
Faktor mandi dan penjemuran juga ikut menentukan kestabilan
birahinya. Ini yang dinamakan pembiasaan. Jika dilakukan secara rutin,
secara bertahap akan membuat cucak hijau menjadi lebih trengginas dar
karakter individu aslinya.
Banyak pemilik cucak hijau yang mengeluh gaconya kok tidak seperti
burung milik kawannya yang langsung ngentrok atau menegakkan bulu-bulu
di kepalanya begitu melihat burung sejenis atau lawannya. Kondisi itu
memang merupakan pembawaan dari individu burung tersebut.
Namun, bukan berarti hal ini cucak hijau Anda untuk selamanya
tidak bisa ngentrok. Pada beberapa burung, perilaku tersebut biasanya
dimiliki jika burung sudah dalam kondisi mapan. Pada burung muda,
perilaku ini bisa dimunculan melalui latihan atau pembiasaan. Misalnya,
sering mempertemukanya dengan burung sejenis yang sudah mapan.
Diharapkan, setelah dewasa, dia mampu meniru apa yang dilakukan
seniornya.
Selain itu, pengaturan pola pakan terutama EF juga menjadi kunci
apakah cucak hijau kelak memiliki perilaku ngentrok atau tidak. Dari
sinilah kita bisa menyimpulkan, perilaku ngentrok masih bisa dilakukan
oleh semua individu cucak hijau, melalui perlakuan atau perawatan
khusus, termasuk pengaturan pola pakan yang tepat.
Memahami pakan kesukaan burung

Cendet termasuk burung predator kecil yang ulung.
—-
Memahami karakter juga berkaitan dengan memahami pakan kesukaan
burung. Contohnya cendet. Di alam liar, burung ini sering mengejar
burung-burung kecil. Kalau sudah tertangkap, mangsa ditancapkan pada
duri tanaman untuk memudahkan cendet mengoyak-ngoyaknya. Ritual ini,
bagi cendet, sangat menyenangkan dan sekaligus sekaligus penanda wilayah
tersebut sudah dikuasainya.
Karena itu, jika mau, Anda juga bisa memberikan
refreshing
kepada cendet di rumah dengan memberi sajian serupa, meski tidak harus
sama. Selain tetap memberikan EF rutin seperti jangkrik dan ulat
hongkong, boleh saja sesekali memberikan burung kecil seperti emprit
atau burung gereja sebagai mangsanya. Itu kalau Anda tega,
he… he…
Di Malaysia, banyak penggemar murai batu yang menyediakan bak air
kecil berisi ikan-ikan kecil yang masih hidup, dan dimasukkan ke kandang
atau sangkar murai batu. Burung lalu akan mengambil langsung ikan kecil
ini.
Breeder sekelas David de Souza dan Jeffrey Low pun menerapkan hal itu. Selain untuk menambah asupan protein, ini merupakan ajang
refreshing bagi burung untuk mendapatkan kembali nalurinya seperti di alam liar.
Karakter burung dan sangkar yang digunakan
Selain pemahaman karakter burung berdasarkan perilaku dan pakannya,
yang tak kalah penting diperhatikan adalah bagaimana “rumah” burung
selama dalam perawatan Anda. Rumah yang dimaksud ini adalah sangkar dan
aksesoris di dalamnya seperti tenggeran. Sebab, hal ini akan sangat
mempengaruhi kenyamanan burung.
Jika burung merasa tidak nyaman terhadap sangkar, dan terutama
tenggerannya, maka ia akan menampilkan perilaku yang sebenarnya bukan
merupakan karakter umum maupun karakter individunya. Ia akan memiliki
karakter lain dan sering dialami pemilik burung kicauan saat ini, yaitu
sering turun ke dasar sangkar, ngeruji, malas bunyi, dan berbagai
gejala stres lainnya.
Burung berukuran kecil seperti pleci umumnya sangat aktif. Mereka
membutuhkan sangkar yang atraktif, misalnya menambahkan tenggeran di
samping atau di atas tenggeran utamanya. Dengan demikian, burung akan
terlihat lebih lincah bergerak dari atas ke bawah, sambil berbunyi.

Meski postur kecil, pleci sangat aktif dan perlu sangkar memadai.
—-
Begitu juga dengan burung lainnya seperti ciblek yang memiliki gaya
bertarung khas, yang membuatnya harus berlompatan dari atas ke bawah.
Untuk itu, diperlukan tambahan tenggeran baik model melintang atau model
sejajar.
Burung dengan karakter aktif dan atraktif memang membutuhkan sangkar
yang sesuai dengan perilakunya. Jangan sampai mereka ditempatkan dalam
sangkar kecil, karena bisa membuatnya mudah stres, sehingga malas
berkicau dan beraktivitas.
Beberapa burung kicauan yang dikenal sangat atraktif adalah ciblek, pleci, murai batu, kacer, cucak hijau,
branjangan, dan
kenari. Masing-masing membutuhkan sangkar yang tepat dan serasi, sesuai dengan perilaku mereka yang atraktif.
Adapun burung-burung kicauan seperti
anis merah,
anis kembang,
tledekan, decu, maupun ciung, relatif lebih anteng. Dalam hal ini,
penggunaan tenggeran tunggal dan sangkar berukuran sedang pun tak
menjadi masalah berarti bagi mereka.

Karakter burung anis kembang relatif lebih anteng.
—-
Itulah beberapa hal paling mendasar mengenai pemahaman karakter
burung, yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan
burung kicauan.
Semoga bermanfaat